Teknologi Fermentasi

Di sisi lain sebab standar hidup dan jumlah populasi penduduk meningkat, keperluan produk peternakan, serta kebutuhan bahan biji-bijian untuk kebutuhan pangan meningkat pula. 


Oleh maka bila ternak ingin mendapatkan pakan unggul, diperlukan rekayasa teknologi agar dapat menurunkan kendala-kendala di atas, serta pakan unggul dapat tersedia secara kontinyu diperlukan jasa mikrobia, melalui REKAYASA TEKNOLOGI FERMENTASI bagus langsung maupun tak segera untuk meningkatkan kualitas pakan yang sekalian ialah unsur penting dalam pengembangan INDUSTRI PETERNAKAN.


Pakan hijauan yang kaya akan serat, selulosa, hemiselulosa sebagai sumber enerji ternak betul-betul melimpah. Tapi pemanfaatan pakan serat tersebut belum maksimal sebab nilai cernanya relatif rendah. Meskipun peningkatan skor cerna pakan serat bisa dijalankan secara kimiawi, biologi atau gabungan kimiawi dan biologi. 


Teknologi Fermentasi

Oleh maka REKAYASA TEKNOLOGI FERMENTASI dalam industri peternakan, selain untuk peningkatan dan pengawetan pakan, juga telah banyak dilaksanakan, dalam pemanfaatannya oleh ternak secara langsung, figur, pemanfaatan Probiotik atau mikrobia hidup sebagai pakan tambahan (feed aditive). 


Peranan probiotik ini menjadi pentingkarena kelemahan ternak melewati alat pencernaannya mempunyai keterbatasan, selain cara kerja biologinya kurang efisien, juga karena terdapat ketidakmampuan sel ternak menjadikan enzim lebih-lebih enzim hidrolase, baik untuk hidrolisis karbohidrat, pitat, khitin, maupun protein. Problem probiotik dalam format kuman asam laktat (BAL) diinginkan dapat memberikan kontribusi dalam menurunkan pemanfaatan antibiotik sintetik, hal ini sebab BAL cakap memproduksi bakteriosin.


Pemanfaatan mikrobia dan enzim dalam bidang lingkungan, sebagai dampak terjadinya perubahan cara pertanian tradisional, ekploratif, irrasional, serta kebutuhan manusia menyesuaikan keadaan lingkungan menjadi cara pertanian modern, terbudidaya, rasional, serta manusia mengubah lingkungan  disesuaikan  kebutuhannya. Contoh baru sebab perubahan tersebut meliputi menurunnya keragaman hayati (biodeversity), tercemarnya lingkungan baik udara, air dan tanah, serta terjadi marginalisasi lahan.


Salah satu untuk memecahkan keterbatasan kwalitas pakan, keterbatasan sifat alat pencernakan, dan mengurangi polusi akibat adanya peternakan intensif ialah pemanfaatan biokatalis mikrobia ataupun enzim lewat rekayasa PERAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN PERANNYA DI BIDANG INDUSTRI  PETERNAKAN. Dengan demikian via fermentasi diinginkan dapat mengurangi kendala di bidang peternakan, sekalian sanggup meningkatkan produktifitas ternak.

Fermentasi

Fermentasi berasal bahasa latin fervere berarti to boil (diaktifkan) atau diekstraksikan (Stanbury and Whitaker., 1987). Melihat pengertian fermentasi yakni: pengerjaan ekstraksi buah-buahan atau pelaksanaan pengawetan biji-bijian dengan jasa sel ragidan progres biologi mewujudkan gas CO2 , ditandai keluarnya atau terbentuknya buih dampak proses katabolisme senyawa gula sederhana atau monosakarida secara anaerobic. Lebih dari itu pengertian fermentasi bisa juga dilihat lewat Pendekatan biokimiawi ataupun Pendekatan secara industri


REKAYASA TEKNOLOGI FERMENTASI berdasarkan ragam produk yang dijadikan, kepentingan secara komersial, dan poin strategis ekonomi, bisa dikategorikan menjadi empat variasi proses, ialah:

1)  TEKNOLOGI FERMENTASI mewujudkan sel mikrobia sebagai produk (produksi biomasa sel); 

2) TEKNOLOGI FERMENTASI memproduksi enzim; 

3) TEKNOLOGI FERMENTASI memproduksi senyawa metabolit; dan 

4)  TEKNOLOGI FERMENTASI memodifikasi suatu senyawa.


Dari makna lain, berdasarkan pentahapan INDUSTRI PETERNAKAN maka keterlibatan atau peranan biokatalis bagus mikrobia atau enzim via rekayasa TEKNOLOGI FERMENTASI bisa dibagi menjadi sebagian tahap: 

1) peranan mikrobia dalam penyediaan pakan berkwalitas, 

2) peranan mikrobia hidup sebagai probiotik dalam sel ternak; dan 

3) peranan mikrobia dalam pengerjaan pasca panen serta peranan mikrobia membantu mengurangi terjadinya polusi serta menurunkan sifat toksisitas polutan.

LihatTutupKomentar